Mahasiswi Sekolah Tinggi Akutansi Negara
Eli Ginting |
Hati bagaikan air yang terus mengalir dan mencari hingga menemukan tempat di mana dia akan berlabuh. Mungkin ini yang sedang kurasakan. Keraguan, kebingungan menyelimuti malamku, menemani dalam kesendirianku dan mendongengkan kisah-kisah yang telah terjadi dalam perjalanan cinta yang tiada henti. Cinta terlalu egois! Prinsip yang terpatri dalam diri mereka membangun kisah yang komplex dengan egoisitas yang membentur suatu tempat terdalam, jauh di lubuk hatiku.
Inilah yang kurasakan di malam terakhir aku di rumah untuk liburan kali ini, sebelum aku kembali dalam rutinitas kuliah. Besok aku akan meninggalkan semua ini untuk enam bulan ke depan. Seharusnya aku bergembira, seharusnya aku menghabiskan waktu bersama kedua orangtuaku dan bersama Alvin...
Selalu ada kejutan yang akan Alvin berikan buatku di kala aku akan kembali ke kampus. Dia akan membuat kenangan-kenangan indah untuk mengiringi langkahku menuju cita dan masa depanku.
By Semuana |
Tetapi tidak untuk kali ini. Aku juga tidak mengerti apa yang membuat tiba-tiba kami terpisah seperti ini. Ada apa dengan dirinya? Apa benar dia mulai menjauh dariku? Atau ini hanyalah perasaanku. Benarkah ini semua tentangku? Aku yang telah menjauh darinya, membenamkan diriku dalam kebingungan dan kesendirianku yang tiada arti ...
Aku beranjak dari tempat tidur dan duduk di depan meja belajar. Lama aku merenung, hatiku tiada dapat lagi menahan semuanya,Ya .... sekarang saatnya.Tak terasa tangan ini bergerak terus membawa seluruh isi hati yang bergerak menuju satu jawaban yang pasti. Kini semuanya mengalir begitu saja. Aku tersenyum, lega rasanya. Melipatnya dengan baik. Aku mematikan lampu di meja. Membaringkan diri dan menutup malamku dengan sebuah keputusan ...
“Semuanya sudah dibawa, Dian? Jangan sampai ada yang tertinggal ya.”
“Iya mama, cerewet ih,” candaku sambil mencubit pipi mama.
“Hahaha, kamu kan dulunya pelupa. Jadi wajar dong, mama kamu mengingatkan.” Papa membela mama dan mulai mengingatkan kebiasaan burukku.
“Itu kan dulu, Pa. Sekarang semua sudah berubah. Dian putri papa yang paling cantik bukan lagi gadis kecil yang pelupa.”
“Nah terus apa dong, namanya?” Mama bertanya
“Putri cantik dan beruntung.” Beruntung karena aku punya mama dan papa yang begitu hebat and love me so much. You must know, I love you so, mom, dad...”
“Iya, sayang. All my love for you” Mama memeluk dan membelai rambutku halus.
“Yang pasti juga beruntung kalau punya pangeran yang akan memberi kegembiraan di wajah putri papa ... oh, ya... dimana Alvin?” papa menyadarkanku akan seseorang yang seharusnya hadir disini, saat ini.
“Ummh .. iy ... Alvin gak keliatan lagi beberapa hari ini. Ada apa Dian? Kalian ada masalah?”
“Oh, gak ko ma. Papa dan mama tenang deh. Jangan pikir yang macam-macam, kita berdua baik-baik aja ko, ” jawabku gugup
“Terus, sekarang dia di mana? Bukannya dia selalu ikut kalau mau mengantar kamu ke bandara? Dian sudah kabarin Alvin, belum?” Papa begitu mencurigai ketidakhadiran Alvin kali ini.
“Sudah pa, mungkin Alvin sibuk buat persiapan wisudanya.”
“Oh, ya sudah kalau begitu. Ayo kita berangkat, nanti terlambat lagi”
“Oke, pa.”
Kali ini aku hanya diantar ke bandara oleh mama dan papa.Ya, aku memang merasakan perbedaan ini. Di saat hari-hari terakhir aku di sini, Alvin tiada lagi datang mengunjungiku, mengajakku keluar dan menghubungiku. Namun aku pun tidak pernah menanyakan hal ini padanya. Seakan-akan aku sendiri juga menikmati kesendirian tanpa dirinya.
“Yach, ini nih yang selalu buat mama sedih, mengantar kamu ke bandara. Enam bulan gak akan melihat kamu, mama gak digangguin dan dicandain sama kamu lagi.”
“Hahaha, dan ini waktunya bebas, ga dicerewetin sama mama lagi. Hehehe.”
“Ya ampun, anak sama mama, sama saja. Iy sayang. Kamu baik-baik ya di sana. Belajar yang bener loh,tapi tetap jaga kesehatan ya.”
“Ok, Boss. Siap Pa!”
“Well, Dian berangkat ma, pa,” Aku pun mencium tangan dan memeluk kedua orangtuaku. Pelukan yang akan kurindukan untuk beberapa bulan ke depan. Sejenak aku merindukan seseorang mengacak rambutku kemudian memelukku dengan bisikan manis di telingaku.Tapi...
“Daah mama, daah papa.”
“Daah sayang.” Seru mereka berbarengan.
“Jangan lupa telepon papa kalau sudah sampai.”
Aku pun menganggukkan kepala. Kutatap kembali wajah kedua orang yang kumiliki dan sangat kusayangi di dunia ini.
Aku pun berjalan masuk di waiting room.Tak lama menunggu, panggilan untuk menuju pesawat berbunyi. Semua penumpang bergerak menuju ke dalam pesawat. Aku pun duduk di kursi setelah memastikan nomor yang sama dengan yang tertera di tiketku. Aku berada duduk di bagian dekat dengan jendela, kursi di sampingku kosong dan di bagian paling pinggir adalah seorang pria setengah baya yang sedang sibuk menekan berbagai huruf di handphonenya. Mugkin sedang mengirim pesan lewat SMS, atau sedang menjelajahi Internet, apapun itu.Tiada hal yang membuatku tertarik untuk memperhatikan kegiatan yang ada di sekelilingku. Sejenak kupandang ke luar jendela di saat para penumpang lain sedang sibuk menyusun barang-barang bawaan mereka masing-masing.
Keadaan sudah tenang. Semua penumpang sudah berada di kursi masing-masing. Kupejamkan mata dan kusandarkan tubuhku di kursi, kutarik nafas panjang, hingga tiba-tiba seseorang menyebut namaku dan menepuk lembut pundakku. Kubuka mata, dan terihat seorang pramugari tersenyum kepadaku.
“Anda,yang bernama Dian?”
“Iya, benar.”
“Ini ada titipan buat Anda.”
Pramugari itu menyodorkan setangkai bunga mawar putih yang dihiasi pita dan plastik bunga berwarna pink ke padaku.
“Buat saya?”
“Iya dari seseorang buat anda”
Aku menerimanya dan melihat tulisan di kertas kecil di bagian bawahnya.
*Terima kasih*
Sebelum aku sempat menanyakan tentang pengirim bunga yang berada di tanganku saat ini, pramugari itu sudah pergi meninggalkanku dan melanjutkan pekerjaannya. Aku terdiam memandang bunga itu dan tentu saja bingung akan hal ini. Kulihat pria yang duduk di pinggir tadi masih saja sibuk dengan handphonenya.Tidak peduli sama sekali pada apa yang terjadi di sekelilingnya. Kali ini mungkin sibuk untuk menyelesaikan urusan di handphonenya sebelum akhirnya mematikannya. Aku kembali melayangkan pandaganku ke luar jendela.
By Nurlia |
“Hai,boleh duduk disini?”
Hampir saja bunga di tanganku terjatuh karena terkejut. Aku kenal suara itu.
Dia pun langsung duduk di sebelahku, membuka topinya dan memandang ke arahku. Sesaat pandangan kami bertemu.
“Alvin?”
“Terimakasih,” ucapnya sambil tersenyum.
“Bagaimana bisa?”
“Aku menemukan kertas hijau muda yang kamu letakkan di samping boneka pink bear ,tadi beberapa menit setelah kamu dan orangtuamu berangkat. Bi Marti yang bilang kalau kamu belum lama berangkat.”
“Iya, aku yakin kalau kamu akan menemukannya.Tapi, kenapa kamu bisa ada di sini?”
“Dian, bukankah aku selalu memberi kejutan sebelum kamu kembali ke kampus dan meninggalkanku di sini? Bukankah aku selalu ikut sewaktu mengantarmu ke bandara? Seharusnya kamu bertanya dalam hati dong, tuan putri, kejutan apa yang akan kamu dapatkan kali ini. Dan inilah kejutannya. Aku memesan tiket pesawat tiga hari yang lalu dan mendapatkan kursi tepat di sebelahmu. Surprise .... buat my little star!” Dia pun melakukan kebiasaannya yang begitu kurindukan, mengacak rambutku.
“Alvin ....This is very surprised.”
“Dan surat berwarna hijau muda itu merupakan kejutan terbesar dan terindah buatku,” Ucap Alvin dengan senyum tulus. Kembali kupandang ketulusan itu di matanya.
“We are forever, beruang kuyus..”
“Forever, my little star..”
Hatiku terbang, terbang menuju ke awan lua ..., tapi tidak sendiri, karena ia telah menemukan sayapnya, yang akan membawanya terbang kemanapun dia mau.
Tiada lagi kebingungan dan keraguan ..., yang ada hanyalah .... bahagia.
Ya ... kuakui saat jatuh cinta adalah saat paling bahagia. Segala sesuatu jadi indah. Hidup terlihat jadi berwarna, melukiskan warna-warna cerah yang kamu impikan, tapi lagi kini tiada terasa asing ketika warna-warna itu muncul di pagi hariku.
Cinta adalah kasih, yang di dalam diri akan tertanam tumbuh dan memberi keindahan bagi orang lain. Kedekatan hati yang telah tejalin selama ini, kini menyatu untuk memberi sesuatu warna yang baru.
Keyakinan besar muncul, semua akan menjadi lebih baik, bahkan apapun bisa engkau hadapi bersama cinta.
Dengar suara hati kamu.Kita harus memastikan cinta yang kita pilih. Jangan sampai asal pilih,
Temukanlah cinta sejatimu...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar