Rabu, 27 April 2011

Tunangan Vs Cintaku


  By :  Eli Susiani Ginting
  Mahasiswi Sekolah Tinggi Akutansi Negara

Eli Ginting

       












Cinta memang begitu rumit. Ini yang mungkin sedang kualami sekarang. Rumit?  Ya ... kuakui saat  jatuh cinta adalah saat paling bahagia. Segala sesuatu jadi indah. Hidup terlihat jadi berwarna, melukiskan warna-warna cerah yang kamu impikan,tapi terasa asing ketika warna-warna itu muncul di pagi harimu.
Setiap orang yang kamu temui menyangimu, mengagumimu. Di mana mungkin banyak orang yang sebenarnya punya masalah denganmu, bermaksud merusak harimu menjadi gelap. Namun semua tak berhasil, karena matamu telah tertutup oleh cinta sehingga tidak dapat lagi melihat secuil masalah dengan siapapun. All is well.
Hati seolah sebuah taman yang baru ditanam benih, langsung membentuk tanaman dan berbunga, gambaran ketika kamu baru mengenalnya tapi begitu akrabnya sekarang ... menebar bunga-bunga  yang  disiram dengan khayalan dan imajinasi yang terlalu berharga buatnya. Mengapa? karena dia telah menjadi seorang  yang istimewa. Hati yang berbunga-bunga akan membentuk sebuah senyum di raut wajahmu yang berseri, membuat bibirmu tidak berhenti mengulas senyum yang kamu pun sebenarnya tidak menyadarinya, sampai seorang teman mengatakan “Senang banget hari ini, senyum-senyum sendiri, lagi jatuh cinta ya?
Lalu bukannya menjawab, kamu malah menundukkan kepala dan tersenyum sipu menyembunyikan jawaban membenarkan dalam senyumanmu yang semakin lebar.
Pekerjaan yang kamu lakukan terasa lebih ringan dan kepercayaan dirimu  menjadi semakin besar meskipun begitu banyak pekerjaan yang belum selesai,tugas dari dosen yang menumpuk, kegiatan yang begitu padat... tapi kamu merasa selalu memiliki banyak waktu untuk memikirkannya, untuk membayangkan kembali tatapan matanya waktu kalian berpapasan di jalan, memutar kembali salam “hai” darinya yang telah terekam dengan baik di telingamu, atau terkadang sedikit di-edit dengan menambahkan efek sound yang membuatnya terdengar lebih romantis...
Itu yang aku rasakan dan kuyakin kamu juga rasakan hal yang sama saat jatuh cinta..
Namun sekarang jadi rumit, saat diperhadapkan dengan pilihan.. ya “pilihan hati”
Aku hampir berpikir untuk menemui dokter untuk memeriksa apakah jantungku masih bekerja dengan normal, setelah kejadian tadi malam.
Malam itu aku berada di belakangnya, di boncengannya lebih tepatnya. Menyusuri jalan, merasakan udara malam yang menerpa wajahku, memandang langit yang kuakui memang indah, atau sebenarnya terlihat indah karena hatiku yang sedang tidak menentu.
Sungguh suatu kejadian yang tak pernah terlintas sedetik pun dalam benakku, yang tak pernah terbayangkan sedikit pun olehku.
Sam....dia....dia orangnya..orang yang sangat angkuh di mataku, begitu besar keinginan untuk memusnahkan dia dari kehidupanku.
Seorang cowok yang duduk di barisan tengah kelas. Kakiku yang masih terasa letih membuat enggan memasuki hari pertama kuliah di kampus yang kudambakan setelah mengalahkan beribu orang yang juga mendambakan satu kursi di kampus ini. Kaki ini pula yang membuatku terlambat dan kondisi yang mengakibatkan aku berada di tepat di sebelahnya, satu meja dengannya. Pertemuan pertama dengan orang yang akhirnya mampu mengukir perasaan yang tepat buatku untuknya..BENCI! ya, walau aku berusaha tapi tidak bisa,  karena dia yang terus menerus menaburnya ... hingga akhirnya kebencian itu berubah semakin buruk ... berhasil membuat dia menjadi teman sekelas yang tak pernah ada di daftarku,begitu juga dia ... menganggapku tak pernah ada, dan nyata, buruk!
HarI demi hari kuliahku berjalan dengan baik, mungkin bukan saatnya kuceritakan tentang prestasi, nilaiku, atau kesan-kesan menantang dalam mata kuliah tertentu ataupun tentang dosenku. Hush...! karena yang ingin kuceritakan adalah kisah hatiku yang bimbang. Kejadian malam itu,  sampai ada bersamanya di atas sebuah motor yang dia kendarai.
Alarm handphone yang sudah ku-set tadi malam berbunyi, membangunkanku dari tidur. Oh my God, untung saja aku sudah menyelesaikan packing tadi malam. Buru-buru aku mandi dan mengenakan kaos pink santai bertuliskan “Nice Angel” dan celana jeans biru yang telah kusiapkan untuk dikenakan pagi ini. Pukul 8 tepat Jos datang menjemputku. Setelah berpamitan pada temen-temen se-kosan yang tersisa, aku pun berjalan menuruni  tangga  sampai di depan gerbang bertemu Jos.
“Lama kali  kau,”dengan logatnya sambil membawakan koperku.
“Ich, baru juga 10 menit, kita langsung ke  travel nih, Jos?”
“Iya lah, temen-temen sekosanku udah pada pulang kemarin, jadi cuma kita berdua”
Jos sahabat yang kukenal sejak tingkat pertama aku masuk kuliah. Kami berasal dari daerah yang sama. Kami sering bekerjasama dalam suatu acara kampus. Kini dia sudah mendapat posisi istimewa dariku. Kami sudah menjadi kakak beradik juga dikarenakan kesamaan marga kami. Dia begitu memperhatikanku dan sering membantuku dalam segala hal.
Kami tiba di travel dan setengah jam kemudian aku mendapati diriku tertidur di bus yang membawa kami menuju bandara.Hahaha ... aku gak nyangka bisa tidur di perjalanan. Akibatnya kepalaku beitu pusing saat terbangun. Maklum, ga terbiasa  tidur di perjalanan.
Kami pun bergegas untuk check in dan tiba di waiting room.
“Kamu kenapa?” tanya Jos mengejutkan diriku. “Ada sesuatu? Cerita padaku, kakakmu ini siap mendengarkan,” sambungnya sambal mengucek kepalaku, membuat rambutku sedikit berantakan.
“Ga ada apa-apa ko. No problem with me, bro.”
“Tapi kamu beda. Kamu ga ceria seperti biasanya. Sudahlah, ujian kan udah selesai, jangan mulai deh buat muka jelek, itu hanya dijinkan saat ujian.. hahahhaha, apalagi sebentar lagi kamu akan ketemu keluarga, katanya kemarin, kangen?”
Hatiku tertegun ketika dia sebut keluarga.Ya ... aku kangen banget keluargaku. Selama enam bulan aku di Jakarta menyelesaikan semester tiga ini. Aku kangen mereka, dan juga kangen pada seseorang....
“Tuh,kan,ngelamun lagi,hei...” kembali  Jos mengejutkanku.
“Ummh..iy,eh,udah dipanggil tuh”
Kami pun begegas menuju pesawat.
“Ka Jos, aku di 34f yah , kita tukeran, hehe”
“Iya,sana masuk duluan.gih”
Aku mengamati keramaian orang-orang yang sedang masuk ke dalam pesawat dan sibuk menyusun barang-barang mereka.
Sekarang semua sudah tenang, setelah instruksi dari pramugari, pesawat pun mulai bergerak siap untuk terbang.
Kulihat di sampingku Ka Jos yang sudah bersiap memasuki alam mimpi.Wajahnya yang selalu membuatku merasa aman. Sangar tapi lucu, ga peduli itu sesuai atau tidak, yang terpenting aku beruntung punya kaka angkat seperti dia.
Sejenak aku menarik nafas panjang, kulayangkan pandangan ke arah jendela. Awan yang bergumpal putih seolah menjadi layar ketika film lamunanku kembali diputar.Teringat kembali kejadian yang kualami beberapa hari ini.Wajahnya kembali membuat jantungku berdetak tak menentu. Ada apa dengan diriku. Sam adalah orang yang paling belakang jika diurutkan dalam hatiku.Tidak, kami bukan musuh satu dengan yang lain. Hanya saja aku ga pernah merasa nyaman ngobrol dengannya. Selama 2 tahun sekelas dengannya, kuantitas berbicara dengannya dapat dihitung  mungkin cuma 3 atau 4 kali. Keangkuhan yang tersirat dari tatapan matanya. Sikapnya yang benar-benar cuek padaku, sering membuatku kesal dan merasa terganggu, kenapa tidak? Aku adalah seorang yang ceria, ramah dan gampang bergaul dengan siapa saja.Tapi dia seolah-olah udah memberi batas untukku. Oh mungkin dia begitu pada semua perempuan.Tapi ternyata tidak.Hanya diriku yang dia perlakukan seperti ini. Hal ini sungguh menggangguku, apa aku pernah berbuat sesuatu yang menyakiti hatinya.Tapi tidak mungkin,dari awal bertemu dia sudah bersikap seperti itu padaku. 
By Renxe
Tapi semua berubah saat malam itu, 3 hari yang lalu. Saat dia mengantarku pulang ke kosan dengan sepedamotornya. Aku bingung kenapa aku malah merasa nyaman bersamanya, kenapa kemudian dia berubah total, kenapa dia malah menjadikanku teman curhatnya, secepat ini, hanya dalam waktu 3 hari? Dan sekarang dampaknya buatku, seharusnya aku senang dia bersikap cuek padaku, bahkan membutuhkanku sebagai teman curhatnya.Ketika aku memberi pendapat, saran, solusi, dia begitu antusias untuk mendengarkan dan memperhatikanku.Tapi, kenapa sampai di kamar aku malah sedih mengingat ketika dia cerita masalahnya padaku, kenapa ada perasaan yang aku pun ga mengerti apa, ketika dia katakan kalau dia sangat mencintai wanita itu.... sahabatku sendiri, yang sudah memiliki kekasih hatinya.


Huh,sudahlah .. dia kan ga penting, dari dulu sampai sekarang dia tetap bukan orang yang begitu penting dalam daftarku.
Pukul 12 siang kami tiba di Medan. asyik... teriakku dalam hati. Aku sudah ga sabar untuk memeluk papa, sudah tidak sabar dicium dan dibelai oleh mama.
Kami bertemu dengan orang tua masing-masing. Setelah tos andalan kami, aku dan Jos pun berpisah.
“Papa jemput Dian sendiri?” tanyaku sambil membuka bagasi dan papa meletakkan koperku ke dalamnya.
“Iya sayang, mama sedang mempersiapkan surprise buat kamu di rumah.”
“Wah,asyik.Surprise apaan,pa?”
“Lah,kalau papa kasih tahu bukan surprise lagi namanya”
“yah, papa..ga apa-apa deh, hehehe”
Setengah jam kemudian kami tiba di rumah. Mama setengah berlari ke arahku, dan langsung memelukku.
“Mama....Dian kangen banget sama mama.”
“Iy sayang, mama juga kangen banget sama kamu.”
“ Yuk masuk, mama udah siapin surprise buat kamu.”

“Wah asyik, mama masakin masakan kesukaanku. Ayam goreng tepung bumbu ala mama plus sambal kecapnya racikan papa dan sayur asam yang nikmat, ikan bakar yang disirami bumbu diatasnya. Kami pun menikmati makan siang bersama.
“wow, great surprise.Thanks mom, I’m so full”
Siang itu aku merasa lelah, lebih tepatnya kangen, sehingga aku pun tertidur di pangkuan mama.
“Mama dan papa besok berangkat ke kantor pagi hari. Kamu ada rencana kemana, sayang?” tanya mama ketika kami bertiga sedang menikmati waktu bersama di depan TV malam itu.
“Yach ..ini nih ga asyiknya. Dian sendiri deh di rumah.Temen-temen SMA Dian juga pada sibuk kuliah, ma.Ya nothing else,di rumah aja deh.”
“Hahaha, kasiannya anak papa yang satu ini. Ngomong-ngomong Alvin udah tahu belum, kamu disini? Kalau dia ga sibuk kuliah, biar papa minta buat nemenin kamu selama liburan di sini.”
“Iya,sayang. Kamu belum ngasih kabar ke Alvin, ya? Atau sengaja mau buat surprise ke dia.” Mama menambahi sambil tersenyum
Tiba-tiba aja hatiku bergetar mendengar kedua orangtuaku menyebut nama Alvin. Iya,Alvin adalah tunanganku..
Malam itu kami bercerita hingga larut malam. Aku bercerita banyak hal yang aku alami selama 6 bulan di Jakarta,pengalaman di kampus dan yang lainnya dari pengalaman yang lucu, mengesalkan,hingga yang menyedihkan. Demikian halnya papa dan mama juga begitu bersemangat menceritakan banyak hal yang terjadi selama aku tidak disini.
“Selamat malam sayang.Tidur yang nyenyak yah,” Papa mengucapkan salam sebelum dia bergegas ke kamarnya
Mama mencium keningku.
“Met bobo sayang,mimpi yang indah.Oh ya, jangan sampe lupa kabarin Alvin” mama pun tersenyum dan menuju kamarnya.
Aku pun bergegas ke kamarku, merebahkan diri dan memeluk boneka bear pink pemberian Alvin saat ulang tahunku yang ke 18, dua tahun yang lalu. Aku bangkit membuka laci meja di samping tempat tidur, menemukan sebuah kotak kecil berpita pink, membukanya dan memandang cincin yang ada di dalamnya. Cincin emas berukirkan hati kecil itu membuatku tersenyum.Terbayang wajah Alvin yang lucu saat masih kecil, bayangan dirinya terus bergerak dalam benakku hingga kami sama-sama beranjak dewasa, bayangan pria tampan dan penuh ketulusan. Alvin, tunanganku sejak kecil karena adat dalam suku ku, sepupuku dan sahabat kecilku.

“Halo,selamat pagi bintang kecil.”
“Halo...,” jawabku setengah sadar
“Apa kabar Dian?”
Suaranya semakin jelas di telingaku, membuatku terbangun dan duduk di tempat tidurku.
“Hei,Alvin.?”
“Hahaha, pasti baru bangun nih. Suaranya terkejut, gitu. Dasar bintang kecil. Kemarin tidur jam berapa?”
“Hwamm, iya.Kemarin tidurnya agak larut.Vin, Dian  sekarang udah di rumah.”
“Hahaha, iyah.    Aku udah tahu ko.Maav yah bintang kecil, udah sebulan ga telepon kamu.Aku benar-benar sibuk dalam skripsiku.Tapi sekarang kabar gembiranya aku lulus,bulan depan tinggal nunggu wisudanya loh.”
“Wah, beruang  kuyus, ga pernah cerita. Ich dasar. Kirain kamu lupa sama aku.”
“Hahhaha, iya aku memang sampai lupa. Aku sampai lupa berapa banyak  kertas yang kuhabiskan untuk menulis nama kamu saat aku udah mulai jenuh dan ga  menemukan ide dalam pengerjaan skripsiku. Aku sampai lupa berapa jam yang aku sisihkan buat mempersiapkan surprise buat kamu.”
“Alviiinnn...lebai! Heh, kamu ko jadi sok romantis gini sih. Hahahaha..dasar beruang kuyus, jangan-jangan efek skripsi nih, kamu jadi berubah aneh seperti ini..hahahha”

“Whatever lah.Yang penting sekarang aku senang denger suara kamu.Rencana liburan kemana aza, Dian?”
“Huh, mau kemana lagi.Temen-temen aku,lagi pada sibuk kuliah.Tapi rencana besok mau ke rumah kamu, kangen sama tante dan brothers aku.Tante udah telepon beberapa kali, minta Dian datang ke rumah.”
“Yah, ku ga dikangenin nih, ceritanya..”
“Yee..ngapain juga ngangenin kamu..hahaha”
“Dasar bintang kecil.Wah kalau besok aku belum bisa pulang, masih ada janji ketemuan dengan dosen . Maaf yah,bintang kecilku”
“Iya beruang kuyus, ga apa-apa ko, aku bareng mama dan papa ko.”
“Oh,ok. Selamat bersenang-senang yah. Lusa aku datang ko,mau ngasih surprise ke kamu, dan mau ngajakin kamu ke suatu tempat, kamu pasti suka.”
“Hahaha, okey.. beruang kuyus”
“Ya udah, kalo gitu sampe ketemu lusa yah. I miss you, bye”
“Ummh iya, bye”
Ga tahu kenapa perasaanku senang banget. Sama seperti ketika aku berhadapan dengan Sam dan mendengar dia curhat di depanku. Aduh, ko Sam lagi sih. Dugh, apa-apaan ini. Ga boleh, ga boleh.

Keesokan paginya papa, mama dan aku berangkat ke rumah tante. Kira-kira satu jam di perjalanan kami pun tiba disana.Tante dan Om langsung menyambut kami. Seperti biasa tante akan memelukku,  mencium pipi kiri dan kanan, dan mengomentari penampilanku.
“Aduh sayang, kamu beda banget dari 6 bulan yang lalu. Padat banget yah, kuliahnya,sampe kurus seperti ini.”
“Jarang disupport sama ka Alvin kali ma, sepupuku Yudha mulai meledek.”
“Oh iya, Alvin jarang menelpon kamu ya, sayang? Dia memang lagi sibuk akhir-akhir ini dalam menyelesaikan skripsinya. Dulunya hampir setiap minggu dia pulang kesini.Tapi udah tiga bulan belakangan  dia betah banget di kosan, pulang hanya sekali sebulan. Kabar gembira, bulan depan dia akan di wisuda.
“Oh ya,wah hebat Alvin. Dia suka kerja keras,dia begitu fokus pada studinya. Om bangga banget sama dia.Yudha contoh kaka kamu, harus berprestasi di sekolah.”
“Iya Om.Meski ga sepintar ka Alvin, tapi nilai Yudha juga ga jelek-jelek amat dibanding teman-teman di kelas.”
“Hahaha, iya kalau dibandingin dengan sepuluh peringkat terbawah,” candaku meledeknya. Semua pun tertawa. Aku pun tersenyum penuh kemenangan.

By Renxe
Pagi ini suara penanda SMS dari handphone membangunkanku dari tidur. Aku mengucek mata dan membaca SMS  tersebut. Sam! Jantungku berdebar lebih cepat,
“Hai Dian ,selamat pagi.Gimana liburan kamu? Pasti menyenangkan ya.. karena aku tahu kamu seorang yang selalu dapat menjadikan diri kamu ceria dan juga mengubah atmosfer sekelilingmu ikut merasakan keceriaan tersebut. Dian...maaf kalau aku mengganggu, tapi aku merindukanmu shobat...jujur aku sangat berharap saat ini kamu ada di sini, ga tahu kenapa,tapi aku hanya dapat katakan, Gue kangen lu, Dian..”


“Papa dan Mama berangkat ke kantor ya, sayang. Jangan sampai lupa sarapan”.
“Ok Ma.”
“Oh ya, kapan Alvin tiba di sini?”
“Mungkin pagi ini Pa. Katanya pingin kasih surprise buat Dian. Ntar kita mau jalan pa.”
“Iya, kita juga senang ko. Sudah seharusnya ko, kalian kan tunangan, Alvin pasti kangen banget sama kamu. Salam buat  dia ya, sayang.”
“Ok ma,hati-hati di jalan ya Ma, Pa”
“Ok, sayang, kita berangkat dulu yah. daah”
“Daah Mama, daah Papa”
Mobil pun bergerak meninggalkan rumah. Aku pun menuju ke meja makan, segelas susu dan roti bakar akhirnya mengisi perutku pagi ini. Selesai mandi dan bersiap-siap, aku menanti Alvin sambil menonton TV.
Suara klakson motor Alvin yang tidak asing bagiku. Aku setengah berlari menyambutnya.
Sahabat, sepupu, tunanganku ini sedang berdiri di depanku dengan senyum tulusnya, rambutnya yang tebal hitam, alisnya yang terangkat, seiring bibirnya yang bergerak membentuk senyuman itu, aku kangen, aku kangen Alvin. Dia memelukku dan mengacak rambutku.
“Bintang kecilku semakin dewasa dan terlihat semakin cantik.”
“Huh, gombal.”
“Ini buat kamu. Semoga kamu senang.”
Kami pun duduk sambil aku membuka hadiah darinya yang terbungkus dengan kertas kado putih dengan lukisan hati dan tulisan just for you, diikat dengan pita pink. Aku membukanya perlahan dan menemukan sebuah album di dalamnya. Bagian depan album bertuliskan
All about my little star.
Terimakasih udah menjadi inspirasi dalam hidupku.
Aku membuka halaman demi halaman.Ternyata Alvin  menyusun foto-foto diriku, juga ada foto kami berdua. Setiap tanggal tertera di pojok kanan, ada 30 hari, 30 halaman. Sebanyak hari dia tidak menelponku. Romantis sekali, dia berusaha untuk fokus dalam skripsinya tapi tetap mengingat diriku.
Setiap halaman dihiasi dengan pita,bunga, dengan tulisan-tulisan tangannya bertuliskan motivasi, ucapan terimakasih, pujian buatku yang membuatku merasa sedikit gugup dan ucapan Love My Little Star, forever.
“Alvin,ini bagus banget, Thanks so much.”
“Terimakasih kamu senang sama hadiah itu.Gimana kamu udah siap? Yuk jalan”
“Kita mau kemana?”
“Ada deh,yuk”
Kamipun berangkat dengan motor Ninjanya.Sungguh aku ga bisa mengungkapkan kalo saat ini aku sangat senang bisa berada bersama Alvin .Dia pun  memasangkan helm di kepalaku.
Sepanjang perjalanan kami terus bercerita banyak hal.Alvin selalu bisa membuatku merasa nyaman,gembira,candaannya selalu membuatku tertawa renyah karenanya.
Tak bisa kuduga dia membawaku kemari.Dia tahu kalau dari dulu kegemaranku,kesukaanku adalah alam.Pohon,air,pemandangan hijau,gunung.Ternyata dia membawaku melihat itu semua. Sepanjang jalan yang kami susuri,tak berhenti mataku menatap semua keindahan ini.Alam selalu dapat membuatku merasa damai, membisikkan kata-kata damai yang sangat kurindukan, melantunkan nada-nada dan syair indah di telingaku mengalir jauh menuju hatiku.
Kami berhenti di tepi jalan perhentian untuk memandang alam yang begitu luas dan menakjubkan, di tempat itu  tersedia dagangan jagung bakar. Kami memesan 2 buah dan menikmatinya, ditambah udara yang benar-benar sejuk.Sungguh hal yang sangat sulit kudapatkan di Jakarta. Selesai makan, kami menitipkan sepeda motor dan berjalan. Di sana ada taman yang benar-benar indah,yang memang dikhususkan buat para pengunjung. Kami melewati bunga-bunga yang indah, pohon-pohon yang tidak terlalu besar. Tak lupa kami mengabadikan semua ini, berfoto dengan kamera yang selalu dia bawa kemana pun dia pergi.Ya, Alvin punya hobi fotografi,sesuai dengan aku yang sangat suka jadi objek foto.Hhahaha.
Setelah berjalan-jalan dan berfoto kami duduk di salah satu kursi yang ada di taman yang menghadap ke arah pemandangan gunung yang tampak hijau.Tak jauh dari kursi itu ada sebuah pohon sehingga memberi keteduhan duduk di kursi tersebut.
“Terimakasih Alvin. Kali ini aku akui kamu luar biasa banget. Kamu tahu aku sangat mendambakan semua ini. Aku sangat merindukan alam bebas,indah dan menakjubkan seperti ini,”
“Sama-sama Dian. Aku yang malah senang banget bisa menemani kamu dan melihat kamu tersenyum secerah ini,senyuman yang benar-benar aku rindukan selama 6 bulan kita tidak bertemu.”
“Sering aku melihat bintang di langit,berharap kamu juga menatap bintang yang sama. Saat aku mendengar sebuah lagu,berharap kamu juga suka lagu itu. Saat aku udah mulai letih dalam kuliah dan tugas, aku memikirkan dirimu dan aku kembali bersemangat berharap kamu juga bisa semangat dan bangkit apabila mengalami kesulitan atau kegagalan.
Sering aku mulai mengingat kembali kenangan kita saat masih kecil,dimana kamu selalu dapat bersikap lebih dewasa dari aku.Sewaktu kamu mengajariku berlari di alam bebas. Dari kecil kamu memang udah tercipta menyatu dengan alam.Waktu terus berjalan,memasuki remaja kita semakin erat bersahabat, bersaudara.Kamu masih sama. Dian yang begitu tulus,ceria,cerdas dan aktif. Kamu mulai mengajariku mendengar nyanyian dari alam,syair dari angin yang berhembus,semangat dari burung-burung yang berkicau. Lama aku baru menyadari kalau kamu selalu ada. Bahkan untuk menemukan jati diriku, bakatku, keinginanku, itu karena kamu. Suatu hari ketika aku bingung melanjukan kuliah kemana, kamu ajak aku berjalan mengelilingi pematang sawah, menatap hijaunya tanaman padi, dengan merentangkan kedua tangan ,memejamkan mata, kamu ajari aku untuk mendengarkan suara hati, membiarkan semuanya terus mengalir dalam hati, benar!kata-kata itu muncul dengan sendirinya dalam hatiku
.Raih impianmu,kamu istimewa,kamu luar biasa,berlarilah! Raih mimpimu! Kejar angan dan keinginanmu! Dua hari setelah itu,aku telpon kamu dan katakan kalau aku mau masuk kuliah jurusan seni. Aku gemar melukis dan aku juga punya keahlian dalam musik.Itu semua berkat dirimu, Dian. Kamu yang menjadi inspirasi sehingga ku dapat menemukan jati diriku.”
“Alvin, kamu terlalu berlebihan.Iya, aku tahu semua yang udah kita alami sungguh luar biasa. Aku selalu menganggap apapun yang kualami dalam hidupku adalah hal-hal yang luar biasa, karena untuk itulah kita tercipta. Setiap orang yang kutemui adalah orang-orang yang luar biasa, sehingga ga ada alasan untuk ga menjalin persahabatan di dunia ini. Hidup untuk dinikmati,untuk disyukuri dan untuk meraih setiap kesempatan untuk mengukir cerita-cerita indah dalam setiap lembar hidup kita.”
“Dari dulu sampai saat ini aku ga salah menilaimu, Dian. Kamu memang seorang wanita yang luar biasa. Dian,aku pingin jujur sesuatu sama kamu..”
Adit menggenggam lembut kedua tanganku dengan kedua genggam tangannya.
“Udah lama aku ingin mengatakan hal ini,tapi aku belum punya keberanian. Dian, dari kecil kita sudah bertunangan secara adat,dan kita sama sekali ga mengerti akan hal itu dan ga mau mengerti. Kita hanya menjalani sebagaimana yang kita inginkan, sebagai sahabat,sepupu,dan tunangan..tapi jujur Dian, aku semakin menyadari kalau aku sayang banget sama kamu. Aku sayang kamu lebih dari sekedar sahabat.Aku bahkan ga peduli dan ga pernah menanyakan apakah kamu udah memiliki seseorang di hatimu,tapi aku hanya ingin kamu tahu,I Love You,my Little Star..Love You so much.”
Masihkah ada ruang di hatimu buat si beruang kuyus ini?”
Jujur jantungku berdetak secara ga normal..aliran darahnya semakin cepat.Aku menatap mata Alvin dan dia juga menatapku dalam .
Aku tahu saat ini dia butuh pegangan, tapi lebih dari itu, aku yang butuh pegangan.Aku terlalu terkejut, bukan, aku terlalu bingung, bukan,aku terlalu gembira...
Sam...hah?!,knapa di saat seperti ini mencul nama Sam di otakku..
Apa yang harus kulakukan, aku ingin, ingin sekali menjawab Alvin, tapi apa yang harus aku katakan, aku bahkan ga punya kata-kata lagi sekarang. Semua tersimpan jauh di lubuk hatiku dan aku marah dalam hati kenapa ga ada 1 kata pun yang keluar dari lidah dan mulutku....
Aku............
(Bersambung minggu depan)

2 komentar:

  1. ga membuat penasaran n deg2an,, kurang mengalir, alur klimaksnya kurang jelas, kurang ada gambaran latar yang jelas, misal tempat, ruangan, meja kursi, jendela, dll, dan gaya bahasa terlalu novel banget, satu lagi, kurang pengenalan karakter tokoh2nya. tapi sudah cukup bagus. lanjutkan. :D

    BalasHapus
  2. Goldman, Txs masukannya. Kusampaikan ke penulisnya. Minggu depan pasti lebih oke.
    TC

    BalasHapus